Tentang Kata (Kita)

kata-kata

Hari Jum’at kemarin, saya sedang menonton pertandingan olahraga untuk juara 1. Tetiba saya membayangkan, apakah pemain/tim yang kalah akan dendam ke pemain/tim yang menang?
Mungkin ini esensi kalimatnya FIFA, fair play.

Lalu tetiba saya ingat sebuah iskusi hebat, panjang, dan lebar pun ternyata ada manteman yang melibatkan emosi. Ini didalam sebuah grup WA, dengan anggotanya yang relatif sama seprofesi. Dan saya bertanya ke diri saya,
Apakah percakapan dan segala interaksinya akan menjadikan anggotanya saling menyimpan duka atau suka? Lebih rumit daripada pertandingan olahraga, karena grup WA hanya selarik tulisan yang semestinya netral. Ya netral, senetral hujan.
Cobalah bertanya ke jomblo apa yang terlintas di pikiran jika hujan? Cobalah bertanya ke suami istri yang LDRan? Cobalah bertanya ke warga Bidara Cina?

Pemaknaan memegang esensi pada selarik kalimat yang netral. Hujan yang sama bisa dimaknai berbeda.
Konteks dalam pikiran kita yang akan menentukan duka atau suka pada saat membaca larik-larik kalimat itu.

Teman, kamu tahu?
Tetiba saya kangen diteriaki ‘jancuk!’ oleh mandor saya di ujung gunung Grasberg, jika saya lupa ngisi Daily Report Activity 😀

Lihatlah bahwa pemaknaan suatu kalimat sangat tergantung dengan konteks kita.
Yang bahkan bisa jadi si penulis kalimat itu tidak bermaksud seperti apa yang kita pikirkan.

Masalah ini sering terjadi pada komunikasi tulisan, entah di email, di WA, di grup WA, grup BBM, pokoknya hanya membaca tulisan bukan berpandang muka. Dan seringkali membacanya menggunakan versi saya, versi kita, bukan versi penulis.
Dulu banged saya nulis ini di https://ihdaihda.wordpress.com/2011/06/25/teriakan-babi/ lalu dilanjut di https://ihdaihda.wordpress.com/2011/06/29/teriakan-supir/
Ya demikianlah adanya.

Mengutip bagian akhir postingan saya di blog;
Klarifikasi dan melihat lebih jauh. Ingat pertanyaan yang berkualitas akan memberikan jawaban berkualitas.

Selamat malam _/|\_

Posted from WordPress for Android running on Blackberry 10