Monthly Archives: Desember 2012

Sate Kerbau Khas Kudus

sate kerbau

sate kerbau

Pekan ini saya berkesempatan pulang kampung, setelah mengisi perkuliahan di UNS. Dan seperti biasa, perburuan kuliner dimulai setelah beberapa saat ikut membantu tetangga yang tertimpa musibah.

Yak, hari ini (Sabtu, red) pagi jam 7:30 menuju warung pak Min Jastro, langganan keluarga sejak saya kecil sampai segede ini.

Papannya sih bukanya jam 7:30, dari rumah sudah jam 7:30, sampai di warung pak Min jam 7:45-an karena dekat, tapi belum buka. Sebelum saya ada 1 bapak sepuh, lanjut usia, sudah menunggu. Setelah saya ada pasangan suami istri dan beberapa pengunjung lainnya.
Akhirnya anaknya pak Min, datang dengan becak kebesarannya, beberapa dus, perlengkapan warung, dan warung mulai dibuka. Ternyata 2 dus karton seukuran dus mie instan sudah pesenan, 300 tusuk. Dan bener dugaan saya, dengan kuota 7-10KG setiap hari, pagi ini sate yang dijual pasti akan sedikit, mungkin 100-an tusuk. Dan memang sedikit yang bisa dijual. Untungnya saya berangkatnya pagi, setidaknya sebelum warung buka.
Weits! Sebentar, ternyata satenya masih on the way dengan becak yang satu lagi. OK, masih menunggu. Bapak sepuh tadi diberi 2 dus sate, yang pesenan beliau.

Akhirnya yang ditungggu datang.
Sate kerbau ala Kudus lengkap dengan bumbu gurihnya. Sekarang sudah mulai bervariasi dengan ada campuran potongan hati kerbau dan koyor. Koyor itu, apa yak? Semacam urat dari kerbau, yang musti direbus untuk lebih lunak.

Jika sate lebih terkenal dengan daging sapi seperti sate padang, maranggi, atau dengan daging ayam seperti sate Madura, di Kudus menggunakan daging kerbau. Ini terkait dengan ajaran Sunan Kudus yang melarang penyembelihan sapi dilakukan di Kudus, untuk menghormati umat Hindu.
Meskipun kerbau adalah hewan yang sering digunakan untuk membajak sawah, yang akhirnya dagingnya cukup alot, dengan cara masak dan bumbu tertentu bisa menjadi lunak. Dan jadilah sate kerbau.

Daging kerbau, tidak serta merta dipotong dan ditusuk lalu dibakar, sebagaimana daging sate lainnya. Daging kerbau bisa menjadi lunak, karena digepuk, dipukul untuk dihancurkan uratnya yang alot. Setelah dagingnya hancur, kemudian dimasak dan dibulat-bulatkan untuk ditusuk menggunakan tusuk bambu.
Dagingnya tidak sembarangan, mengenai resep yang digunakan untuk membuat rasa lezat sate kerbau yaitu dengan tidak sembarangan memilih daging kerbau. “Bagian-bagian yang dipilih untuk dijadikan sate adalah bagian leher belakang kebawah (lulur), dan bagian punggung kebawah (limas), sehingga dagingnya empuk alami,” kata Parimin.

Oh ya, beliau aselinya bernama Parimin (60) yang akrab dipanggil Pak Min, yang dibantu oleh istrinya Juminah (55) warga Desa Loram Wetan Gang Rejomulyo Bacin 334, Jati Kudus. Warungnya di ruko Agus Salim, seberang PO Nusantara.
Sejarah sate Pak Min Jastro dimulai pada tahun tahun 1950. Waktu itu yang membuka usaha pertama kali adalah Pak Jastro Jasni dan Ibu Surip, yang saat itu keduanya masih berjualan keliling kota Kudus. Namun seiring perkembangan jaman dan melihat usia, mereka berdua akhirnya memilih membuka lapak dagangannya berdekatan dengan salah satu perusahan bus, pada awal tahun 70an. Dengan pertimbangan yang membeli sate adalah calon penumpang bus.
Soal nama, Jastro diambil dari nama mertuanya pendiri usaha ini, sedangkan nama Min diambil dari nama Parimin menantunya,
sehingga digabungkan menjadi nama Min Jastro. Sampai sekarang usaha itu diteruskan oleh Parimin,

Kembali ke sate kerbau, selain resep dalam memilih daging kerbau, rahasia kelezatan lainnya terletak pada sambal kuah sebagai pelengkap saat menikmati sate miliknya, yang dibuat dari bahan bahan alami. Seperti serondeng kelapa, kacang, gula Jawa, tumbar dan dikolaborasi dengan kentang. Rasanya maknyus dan meleleh di mulut.

Jadi meskipun menggunakan daging kerbau dan tebal dagingnya akan tetap empuk gurih. Bumbu gula Jawanya terasa pekat dan ada aroma ketumbar dan bawang putih yang menyatu. Rasa dari gula merah yang terbakar sehingga rasa sate kerbau ini jadi unik dan enak.
Rasa manis gurih sate kerbau ini jadi makin sedap dengan bumbu yang khas. Bukan berupa saus kacang seperti sate umumnya tetapi sedikit encer. Bumbu sate ini dibuat dari kacang tanah dan serondeng yang dihaluskan, cabai merah, bawang merah, bawang putih dan kentang yang dihaluskan. Rasanya lembut kental, gurih dan sedikit pedas, pas bersanding dengan sate kerbau yang manis.
Pengunjung, seperti saya, dipersilahkan menuangkan bumbu sate sebebasnya.

Dan secara tradisional penyajiannya menggunakan daun jati, di jaman sekarang piringnya dialasi daun jati. Aroma daun jati akan menambah nikmat sate kerbau yang terhidang, percayalah.

sate kerbau

sate kerbau

Jika berkunjung ke pak Min Jastro, saran saya sepagi mungkin. Seperti hari ini (Sabtu, red), datang jam 8:00, sate habis di jam 9:00. Nah!
Jika hendak membungkus, baiknya memesan terlebih dahulu. Seperti saya yang goshow, pesen 50 tusuk untuk dibawa ke Jakarta sore ini (Sabtu, red), terancam tidak mendapatkan. Berhubung kenal baik dengan bu Min dan setengah bertampang memelas, saya mendapat kuota 50 tusuk untuk diambil sore hari šŸ™‚ Dibawa ke Jakarta? Keluar Kudus? Bisa banget, bilang saja ntar akan dbungkus terpisah antara bumbu dan satenya. Beliau bilang sate dan bumbunya tahan sampai 2 hari. Saya belum pernah nyoba, karena yang tidak tahan biasanya saya dan keluarga, pasti habis sebelum satu hari.

Silahkan dicoba, monggo mampir ke kota kelahiran saya šŸ™‚
Dan sebagian tulisan ini diambil dari detikfood, suara merdeka, dan pengalaman pribadi.