Arsip Blog

Selamat Datang di Aquatic

Jumat pagi, masih berkantor di Sangatta. Ya sengantor-ngantornya. Akhirnya saya punya waktu ngeliatin email kantor, membalas beberapa email penting dan sekedar ngupdate berita yang lagi ngetren dari internet. Sepanjang hari ngetem di kantor, sambil bertemu teman-teman mantan Tembagapura yang sudah pindah cabang di Sangatta.
Saya bertemu lagi dengan supervisor mantan Grasberg. Ngobrol sebentar sekedar say hello, update memori dan saling bertanya kabar. Kemudian saya juga bertemu mantan Tembagapura yang sudah pindah bendera dan ternyata berkantor di Sangatta. Tambah makmur, kata saya sambil nunjuk perutnya. Saya mah tetep zuhud šŸ™‚
Nah perjalanan itu dimulai sore hari. Jam 17:15 WITA, saya pulang ke guest house Tanjung Bara. Diantar driver, kami ngobrol dan akhirnya ditawari untuk diantar muter-muter di dalam Tanjung Bara. Wah saya seneng banget.
Mulai dari melihat commissary, semacam outlet serba ada kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penghuni Tanjung Bara. Ya mirip-mirip HERO di shopping center di KK atau Tembagapura. Bagi yang non-mining ya mirip indomaret yang berukuran sedengan. Ya, jadi inget shopping center, bedanya satu, saya tidak ditanya ID saya baik untuk masuk maupun untuk membayar belanjaan. Jadi layaknya membeli di outlet serba ada.
Lanjut ke Aquatic. Saya awalnya bingung, apa itu Aquatic. Dalam benak saya semacam waterpark. Lha ternyata adalah sebutan untuk pantai. Di pantai itu, jika mo berenang di laut boleh kok. Ada area khusus yang sudah didesain untuk mengurangi intensitas ombak dan dipilih yang kedalamannya tidak dalem banget. Tersedia toile, tempat pemandian, ada juga dok untuk mancing menjorok sekitar 50 meter dari garis pantai ke arah laut. Yang keren ada semacam bungalauw yang cukup untuk keluarga kecil untuk sekedar duduk. Pas saya datang, ada keluarga yang niat untuk makan sore bersama di salah satu bungalauw, sambil memandang laut. Nikmat banget rasanya………
Yah, berhubung waktunya terbatas, kami bergegas pulang. Keluar dari area pantai, kami disambut monyet yang memang banyak di area tersebut. Kata driver, biasa itu mas jika sore hari, asal jangan ngasih makanan. Kenapa, kata saya. Ya nanti masnya dikejar. Ooooo, kataku. Dan memang monyet itu banyak, diranting pohon bakau, pohon lain yang rada tinggi, sampai ada yang di jalanan. Namun semuanya aman terkendali. Jangan kuatir.
Sampai di guest house, sekedar naruh ransel laptop, saya langsung menuju meshall. Biasa, makan malam di meshall. Terbayang menu, rasa dan pelayanannya. He…he…. kata temen HR saya, ya kamu tinggal di guest house Tanjung Bara, ya pasti pelayanannya rada bener. Lha wong itu guest house untuk superintendent ke atas, coba ke level yang rada menengah pasti sama. Saya mah nyengir saja……
Nah saya menghabiskan waktu sekitar 90 menit di meshall. Sebenarnya kalo cuma makan doang paling 30 menitan. Cuma karena lagi males alik ke guest house cepet-cepet, saya sambil makan nonton televisi. Selesai makan nyambi baca koran. Ya, tadi di commissary beli koran. Idenya iseng saja ngabisin waktu di guest house, ternyata malah kebaca di meshall. Sambil juga diselingi telepon ke ibu saya. Nah yang ini saya lakukan setelah siangnya membaca email kiriman temen yang bercerita mahasiswa yang jarang pulang apalagi telpon ke ibunya padahal deket cuma beda kota madya saja. Nah makanya saya telpon ibu saya, karena saya merasa tersinggung juga. Lha wong anak kok ya jarang telpon ke ibunya. Nelpon 30 menit ngobrolin apa saja sampai kangen dengan cucunya, sampai-sampai ibu saya punya ide nanti lebaran mo mudik ke Jakarta. Apa ndak kebalik ini????
Malam dilalu dengan banyak manyun di guest house, ya karena lagi kumat malesnya untuk ngobrol dengan ekspat. Paling cuma ngemail dan nulis note ini. Yah beginilah nasib. Namun saya masih beruntung banget mendapatkan kesempatan jalan. Kesempatan untuk melihat dunia lain, kesempatan untuk melihat keindahan, keelokan dan luasnya negara saya yang tercinta ini. Jadi siapa bilang Indonesia kecil? Luas dan suangat luas. Macem-macem deh isinya, dari yang putih banget sampai yang item banget, dari yang alim banget sampai yang brengsek banget, dari yang terang benderang sampai yang gelap gulita karena tidak ada listrik, dari yang jalannya halus mulus dan panjang sampai yang jalannya bolong-bolong dan longsor separo. Seeemuanya ada di negara ini.
Tadi saya sempet baca artikel di koran, masih kah kita mempertanyakan ke-Indonesiaan mereka? Bagi saya ini kalimat yang sulit dijawab. Apakah saya Indonesia banget? Apakah anda tidak? Atau jangan-jangan ada yang transnasionalis? Nah lho, kan jadinya…… šŸ™‚ šŸ™‚