Monthly Archives: Oktober 2015

(masih) Tentang Sumpah Pemuda

Bapak ibu, saudara sekalian,
Hari ini, 28 Oktober adalah hari peringatan Sumpah Pemuda. Dan betapa pengguna media sosial dan media komunikasi chatting semacam whatsapp dan blackberry sangat ramai dengan postingan terkait Sumpah Pemuda. Saya menuliskan ini pada 28 Oktober malam.

Dan apa yang saya lihat, sebagian diantaranya menyedihkan. Bahkan untuk seukuran lembaga/organisasi pun masih salah dalam menuliskan Sumpah Pemuda.
Saya termasuk orang yang kritis pada teks Sumpah Pemuda. Pada saat salah, maka maknanya akan salah.

Sila googling, maka teks Sumpah Pemuda dengan image kertas tua akan sangat mudah ditemui, dan anda akan menemukan teks:

Pertama   KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua      KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga      KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Sumpah Pemuda -gambar diambil dari google

Sumpah Pemuda -gambar diambil dari google

Pada umumnya kesalahan pada item ketiga, tidak ada yang mengatakan Bahasa Satu, Bahasa Indonesia.
Maknanya akan jauh berbeda dengan MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.

Mengatakan Bahasa Satu, Bahasa Indonesa, sama saja dengan menghilangkan bahasa daerah atau bahasa lainnya. Sedangkan bahasa daerah justru menjadi aset bangsa dan produk budaya yang harus dijaga sebagai kekayaan intelektual bangsa.
Lihatlah sebuah berita yang mengatakan: Punah, 14 Bahasa Daerah di Indonesia. Karena penuturnya yang tidak banyak dan perlahan menghilang. Dan semuanya digantikan dengan bahasa Indonesia?

Yang saya pahami, bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, tidak dalam posisi menggantikan bahasa daerah. Maka justru mereka yang merumuskan Sumpah Pemuda lebih visioner daripada kita yang hidup sekian puluh tahun kemudian. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa persatuan.
Setiap kali saya berkunjung ke luar kota, saya menggunakan bahasa Indonesia. Namun jika saya bertemu dengan orang yang mengerti bahasa Jawa, dalam percakapan informal saya menggunakan bahasa Jawa. Karena saya beretnis Jawa.

Dalam sebuah cuitan di twitter saya mengatakan: “tidak pernah berbahasa satu, ‘hanya’ menjunjung bahasa persatuan. Artinya bahasa daerah ‘harus’ dilestarikan tdk digantikan.”

Selamat memperingati Sumpah Pemuda, selamat menjalankan semangat kolektif kebangsaan (dengan baik), saya pernah menulisnya disini 🙂