Bahu Jalan vs Bahu(mu)


Semalam pulang dari ngaji, sambil sakit kepala tipe tension headache, mulai merencanakan rute mana yang akan dilewati ke Depok. Tiba-tiba ‘tuing!’ sakit gigi muncul di geraham.
Ditahan agak lama sampai jam 01, sampai tension headache-nya kalah sakit. Akhirnya minum ibuprofen 200mg supaya bisa tidur.
Dan sekarang saya sadar, saat ini, lebih baik sakit hati daripada sakit gigi.

Sakit hati saya, masih bisa move on ke siapa yang pas di hati šŸ™‚ daripada sakit gigi musti move on ke dokter gigi.
Dan titik paling parah, adalah ingatan masa lalu tentang suara bor gigi, aroma pemati rasa, dan lainnya.
Mungkin ini seperti kamu yang selalu ingat mantan šŸ™‚

Ingatan saya bergerak justru pada materi kuliah Komunikasi K3 yang saya sampaikan di Universitas Islam Kalimantan di Banjarmasin.
Saya sampaikan, materi K3 harus diulang secara periodik supaya mendapatkan penguatan. Tidak masalah jika karyawan acuh atau bahkan tidak suka. Semakin tidak suka, semakin dia ingat. Seperti kalian mengingat sang mantan šŸ™‚
Lalu backsound kelas saya berubah menjadi “Lumpuhkanlah Ingatanku” oleh Geisha. Dan para mahasiswa yang didominasi mahasiswi langsung ngakak šŸ™‚

Jadi? Saatnya move on, saatnya saya ke dokter gigi. Tidak ada alasan untuk merenungi masa lalu. Betul, CLBK bisa saja terjadi tapi tidak harus CLBK kan? šŸ˜‰

Penutup tulisan yang bikin mrengut para jomblo adalah, suatu saat di jalan tol yang macet, saya bicara ke istri saya:
Kata saya, macet nih.
Kenapa ya? tanya istri saya.
Au, bahu jalan tol penuh juga tuh. Nah, bahu jalan saja sudah diisi mobil. Bahumu boleh aku sandarin? Jawab saya.

Dan istri saya hanya nyengir malu tapi gimanaaaa gitu #eaaaaaaa

Posted from WordPress for Windows Phone

About ihdaihda

a husband, a father, SHE practitioner (OHSAS, NOSA, EMS), SHE trainer & consultant, hobi di applied psychology, financial planning, sharing, life enlightening. alumni Hiperkes UNS dan saya aseli Kudus :)

Posted on Januari 25, 2014, in kisah. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar