Doakan Saya…….


Tadi pagi (28JUL) saya diemail oleh kawan saya, yang adalah karyawan salah satu manajer investasi besar di Indonesia. Tawaran yang sangat menguntungkan dan, hmmmm menggiurkan. Reksadana terproteksi berbasis obligasi negara. Dijamin kembali pokok investasi, return/tingkat pengembalian yang cukup besar dalam situasi sekarang dan relatif aman karena underlying asset-nya adalah ORI seri 6, obligasi negara. Yang pastinya pada saat jatuh tempo pasti dijamin negara.

Pada saat keluar makan siang, juga ada penawaran konsumtif dari bank umum/konvensional di produk tabungan berjangka. Return yang lumayan per tahunnya (jika fixed interest rate) dan ada hadiah tambahan lagi, javelin men……! Nyam…nyam….. bagi saya yang tukang nyari kesempatan via sektor finansial, yang beginian cukup mengganggu ketenangan finansial dan menggoda iman. Ya menggoda iman.

Saya sangat berusaha ngerem. apapun yang terjadi, pokoknya harus sesuai syariah, titik. Itu yang selalu saya katakan dalam benak saya. Harus, tidak ada kata tawar menawar. Saya hanya bisa mikir, melihat, mengamati pasar dan beberapa kali menelan ludah ketika produk itu ternyata menuai return yang signifikan. Yah, kenapa dulu ndak ngambil ya. Sekali lagi penyesalan itu kadang masih nyelip.

Namun saya berusaha tegar. Setegar saya ngobrol dengan temen saya tadi, untuk mengatakan tidak. Berat banget. Temen saya juga tahu, berat banget suaramu, katanya. Yah demikianlah, jawab saya. Saya hanya ingin bermain reksadana syariah saja, tidak lebih. Saya mencukupkan diri dengan unitlink syariah. Saya mengatakan cocok dengan asuransi syariah. Saya puas mempunyai tabungan di bank syariah. Saya juga tentram dengan mempunyai tabungan pendidikan di bank syariah juga.
Saya tidak ingin harta saya, lebih jauh keluarga saya, tercemar oleh riba. Tercemar oleh harta yang ndak halal, yang ndak barokah, yang Allah ndak suka dengan cara saya memperoleh dan memberlanjakan harta itu. Saya takut harus bertemu logam uang yang saya kumpulkan, ketika ketemunya di neraka. Logamnya leleh, sayanya tidak.

Berat memang. Saya masih butuh uang, saya juga manusia. Saya kepala keluarga yang harus mikir sekolah anak saya yang pertama, kuliah istri saya, sekolah adik saya, cicilan rumah saya, yayasan pendidikan yang masih membutuhkan saya, infaq dakwah yang saya ikhlas berkontribusi, makan saya dan keluarga, cita-cita menghajikan ibu saya dan seterusnya dan seterusnya. Bisa panjang dan lebih panjang. Sementara kesempatan itu di depan mata, dan harus saya lewatkan.

Karena saya punya peribahasa yang saya pegang kuat, lebih baik jadi orang kaya dengan harta yang halal-barokah dan ikhlas-bermanfaat daripada menjadi orang miskin yang sombong-pelit dan iri hati.
Itu saja pegangan saya. Maka saya selalu mengatakan kepada diri saya sendiri, selama ndak sesuai syariah, big NO. Terima kasih atas tawaran anda untuk produk keuangan non-syariah. InsyaAllah, ndak akan saya ambil.

Karena saya yakin benar. Jika kita menjaga harta dan keluarga kita dari riba, maka barokah itu akan datang dengan sendirinya. Saya ndak pernah membayangkan mencukupi kebutuhan yang bejibun seperti ini, atau seperti beberapa tahun sebelumnya. Namun Allah memberikan barokah dengan mencukupkan rejeki saya, sampai saat ini. Fabi’ayyi ala’i robbikuma tukadzdziban; nikmat manalagi yang aku dustakan?

Doakan saya istiqomah dalam menapaki dunia ekonomi syariah. Sebagaimana saya doakan anda untuk tetap istiqomah dalam produk keuangan syariah. Demi saya, keluarga saya, demi kita semua, demi ummat dan lebih jauh lagi demi negara dan bangsa ini sehingga barokah Allah terlimpah kepada bangsaku tercinta.

About ihdaihda

a husband, a father, SHE practitioner (OHSAS, NOSA, EMS), SHE trainer & consultant, hobi di applied psychology, financial planning, sharing, life enlightening. alumni Hiperkes UNS dan saya aseli Kudus :)

Posted on Juli 28, 2009, in pencerahan and tagged , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar